Trik atau hadiah?
Beberapa hal tentang yang seharusnya membuat kita takut Halloween
Saya melihat fenomena menarik seputar Halloween. Selama 364,25 hari dalam setahun, jaring laba-laba merupakan sesuatu yang tidak bagus dan mengganggu pemandangan. Bagi sebagian dari kita, hal tersebut benar-benar menakutkan (karena ketika ada jaring laba-laba, selalu ada laba-laba disitu). Namun pada tanggal 31 Oktober, jaring laba-laba dianggap dekorasi yang ‘keren’, padahal jaring laba-laba biasanya muncul jika kita tidak rajin membersihkan rumah.
Bahkan, Halloween menjadi semacam momen kebebasan untuk melanggar hukum bagi banyak orang. Satu hari dalam setahun ketika wanita (dan pria) bisa bebas berkeliaran dengan mengenakan pakaian dalam tanpa ditangkap, ketika membungkus rumah dengan tisu toilet, melemparkan telur, vandalisme dan kekerasan hampir dapat diterima. Polisi tidak memiliki kekuatan untuk mencegah tindakan kriminal, bahkan mengabaikan perilaku tercela yang terjadi karena ‘Halloween selalu menampilkan kegilaan’.
Selain itu, bermain di rumah berhantu, melakukan pemanggilan arwah atau penggunaan papan ouija untuk hiburan dan bercanda, untuk “masuk ke dalam hal-hal yang berhubungan dengan arwah”. Di tingkat spiritual kita bisa sependapat bahwa hal ini tidak baik. Selain meningkatkan komponen Raja-Tama yang diciptakan oleh perilaku tersebut, juga merupakan pintu masuk bagi banyak permasalahan spiritual lainnya, seperti kerasukan. Begitu banyak orang menderita karena rumah hantu, permasalahan dari leluhur, dan sebagainya. Namun saat festival Halloween, orang melupakan hal ini, bahkan menggunakan hal-hal tersebut untuk perayaan.
Kita jarang mempertimbangkan dampaknya terhadap diri kita, pada tingkat apa pun. Dan jika kita melihat sedikit lebih dekat, seharusnya hal tersebut membuat kita merenung. Halloween secara historis merupakan hari peringatan jiwa-jiwa yang telah meninggal (Ref: Wikipedia). Namun festival itu telah berubah menjadi festival neraka, dimana kita sebagai manusia secara sadar mempopulerkan dan membuatnya atraktif. Festival ini pada dasarnya menjadi sumber negativitas yang bisa kita kendalikan, dibandingkan dengan fenomena serupa seperti bulan purnama dan bulan baru, yang dampaknya alami dan diluar kendali kita. Sebaliknya, Halloween dan energi negatif yang dihasilkannya berada dalam kendali manusia, namun kita terus terlibat dengan cara yang sangat merugikan masyarakat dan umat manusia secara keseluruhan.
Dengan demikian, semakin kita aktif terlibat dalam merayakan dan berpartisipasi dalam Halloween, semakin banyak efek merugikan yang kita dapatkan. Ini bukan lagi tentang berpura-pura menjadi seseorang atau sesuatu yang lain saat siang atau malam. Bahkan, pada tingkat spiritual, kita melakukan transformasi; kita menjadi antena dan pemancar bagi energi negatif.
Bicara tentang hal yang menakutkan.
Siaran pers SSRF tentang Halloween. Perayaan Halloween mengakibatkan kerasukan hantu dan setan, terutama jika dirayakan berulang kali, penelitian yang dilakukan oleh SSRF.
MELBOURNE / NEW JERSEY (26 Oktober 2011) – Sebuah hukum dasar ilmu spiritual menyatakan bahwa ‘Kata, sentuhan, bentuk, rasa, bau dan energinya saling berdampingan’. Ini berarti – ketika nama dan bentuk hantu, setan atau energi negatif ada, seperti pada Halloween, energi mereka yang mengganggu hadir juga. Karena bentuk dan warna dekorasi dan kostum yang digunakan dalam perayaan Halloween mirip dengan hantu, mereka bertindak sebagai antena untuk menarik banyak energi negatif yang mengganggu. Baca siaran pers secara lengkap tentang perayaan Halloween…
_______________________________
Baca lebih lanjut
Simbol Tuhan diabaikan selama perayaan Halloween
Halloween meningkatkan kemungkinan serangan oleh hantu
Recent Comments